Jakarta – Tahun 2011 menandai akhir dominasi Inter Milan. Persaingan Seri A semakin ketat setelah klub-klub legendaris seperti AC Milan dan Juventus memulai era kebangkitan.
Ditinggal Jose Mourinho justru dipuncak kegemilangannya membuat Inter seperti kehilangan jati diri. Suksesi dari Mou ke Rafael Benitez tidak berjalan sukses, sehingga Leonardo pun direkrut untuk menggantikan Benitez. Hasilnya cukup lumayan, Inter menyudahi musim 2010/11 di pertengahan tahun 2011 ini di posisi kedua.
Adalah rival sekota ‘Nerazzurri’, AC Milan, yang menyudahi dominasi Inter di Seri A selama lima tahun. Massimiliano Allegri, sosok pelatih muda yang bisa menyudahi krisis kepercayaan drii ‘Rossoneri’ akibat kasus Calciopoli.
Allenatore berusia 44 tahun itu dipilih Milan setelah mengubah tim gurem Cagliari menjadi kuda hitam nan agresif. Allegri membayar kepercayaan direksi Milan, yang lebih tertarik memilihnya ketimbang nama-nama besar lain. Ia membalikkan prediksi dengan memberikan gelar Scudetto kepada ‘Rossoneri’ sekaligus menghentikan dominasi Inter dengan keunggulan satu poin di akhir musim.
Sukses Allegri tak lepas dari keberaniannya melakukan reformasi di tubuh ‘Il Diavollo Rosso’. Milan memboyong beberapa pemain baru, yakni Antonio Cassano, Urby Emanuelsen, Mark Van Bommel, Didac Vila dan Nicola Legrottaglie. Di saat bersamaan, Milan juga melepas bintangnya, Ronaldinho dan Oguchi Onyewu.
Jika Milan mulai bangkit dari krisis, Inter justru mulai memasuki masa krisis di tahun ini. Leonardo ternyata hanya bertahan setengah musim di Giuseppe Meazza. Mantan pelatih AC Milan itu langsung hengkang setelah mendapat tawaran menjadi direktur teknik klub Prancis, Paris St. Germain, yang baru dibeli pengusaha asal Arab.
Seolah ingin meniru Milan, ‘Nerazzurri’ tak merekrut pelatih ternama dan menjatuhkan pilihan kepada Gianpiero Gasperini. Sayang, tak seperti Milan, perjudian ini membuat Massimo Moratti, sang presiden, rugi bandar.
Masa jabatan Gasperini hanya berumur tiga laga di musim 2011/12. Hasil dua kekalahan dan satu imbang di tiga laga perdana membuat Moratti mendepaknya dan menggantikannya dengan Claudio Ranieri. Namun kedatangan Ranieri tak serta merta membuat Inter membaik.
Setelah menang atas Bologna, Ranieri menelan kekalahan dari Napoli dan Catania. Inter sempat terlempar dari 10 besar hingga beberapa pekan lamanya. Namun kemenangan 4-1 atas Lecce sebelum libur Natal tahun ini membuat Inter sementara ini bertengger di posisi kelima.
Hingga pertengahan musim 2011/12, praktis Inter tak diperhitungkan dalam perburuan gelar Scudetto. Puncak klasemen menjadi rebutan AC Milan dan Juventus.
Gelar Scudetto pertama Milan sejak 2003-04 membuat sang presiden, Silvio Berlusconi, girang bukan kepalang. Dana transfer pun dikucurkan untuk memermanenkan Zlatan Ibrahimovic, serta memboyong Philippe Mexes, Stephan El Shaarawy, Alberto Aquilani dan Antonio Nocerino.
Namun di musim panas tersebut, Milan harus rela kehilangan motor serangannya, Andre Pirlo, yang memilih hengkang ke Juventus. Hengkangnya Pirlo sempat membuat Milan terseok-seok di awal musim, dan sebaliknya, membuat Juventus langsung moncer.
Selain kedatangan playmaker jenius dengan umpan nan akurat tersebut, kebangkitan Juventus, yang dalam dua musim terakhir hanya finis di posisi ketujuh, tak lepas dari direkrutnya pelatih Antonio Conte. Mantan pemain Juve yang sebelumnya melatih Siena itu ditunjuk menggantikan Luigi Del Neri.
Conte dinilai mampu menyuntikkan kepercayaan diri kepada para pemain Juve, serta menularkan kebanggaan sebagai pemain ‘La Vecchia Signora’ seperti yang ia rasakan kala menjadi bagian dari era keemasan Juventus. Kemampuannya meracik pemain baru seperti Pirlo, Simone Pepe, Alessandro Matri hingga Arturo Vidal dengan pemain lama seperti Gianluigi Buffon membuat Juve selalu berada di papan atas klasemen.
Hanya sepekan terlempar ke posisi ketiga di pekan kedelapan musim 2011/12, Juve terus bertahan di peringkat pertama sebelum akhirnya tergeser oleh Milan di laga terakhir sebelum libur Natal. Posisi kedua tim hanya dibedakan selisih gol dengan jumlah poin sama, 34.
Satu klub sempat mencuri perhatian di Seri A tahun ini adalah Napoli. Setelah mengakhiri musim 2010/11 di posisi ketiga, ‘Partenoppei’ terbilang sukses di ajang Liga Champions pertamanya musim ini dengan melaju ke babak 16 besar. Di Grup A, mereka menyingkirkan Manchester City dan Villareal.
Sayang, sukses di Liga Champions membuat kiprah mereka di Seri A keteteran. Perlahan klub yang pernah diperkuat Diego Maradona itu melorot ke tempat keenam, setelah sebelumnya sempat menembus empat besar.
Menyisakan 22 laga, fokus perebutan Scudetto memang terarah kepada Juventus dan AC Milan. ‘Rossoneri’ paling layak difavoritkan sebab sejauh ini, mayoritas klub yang bertahan di pemuncak klasemen pada akhir tahun keluar sebagai juara di akhir musim.
Namun Udinese, yang saat ini berada di tempat ketiga dengan 32 poin bisa memberikan kejutan. Begitu pula dengan Lazio di peringkat keempat dengan 30 poin. Inter yang terus menunjukkan grafik positif, meski saat ini baru mengumpulkan 26 poin, juga belum bisa sepenuhnya dihapus dari daftar favorit Scudetto.[yob]