Hukuman denda dan degradasi yang diterima Sriwijaya FC dari PSSI karena berlaga di Indonesia Super League (ISL) tidak serta-merta menyiutkan nyali Laskar Wong Kito. Berkas banding pun diajukan.
Berkas banding berisi kronologi telah diserahkan kepada Komisi Disiplin PSSI, Rabu (28/12), oleh Direktur Teknik dan SDM PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM), lengkap dengan biaya pendaftaran senilai Rp 10 juta.
Sejatinya, Sriwijaya telah setuju bermain di IPL, namun sekaligus juga tetap berkancah di ISL. Keinginan ini ditolak PSSI yang memaksa SFC memilih IPL atau ISL.
"Kami sudah memberikan dua surat. SFC mau main, tetapi tidak boleh ikut ISL. Untuk itu hari ini kita menyerahkan memori banding berkas yang isinya menceritakan kronologi. Semestinya, sebelum mereka memutuskan divonis, panggil kita dulu, bicarakan dulu. Tapi ini langsung dijatuhkan, itulah arogansi PSSI," ujar Hendri.
"Kita sudah berniat baik. Saya berharap PSSI mengerti kondisi Sriwijaya. Kita sudah menghargai PSSI. Setelah ini kita tinggal menunggu keputusan PSSI dan jadwal pelaksanaan sidang,” tegasnya.
Sriwijaya dikenai hukuman degradasi ke Divisi Utama, denda Rp 500 juta serta larangan transfer pemain selama satu musim. Bagi Hendri, sanksi ini berlebihan dan tidak berdasar.
“Jelas kami tidak terima dengan sanksi tersebut karena kami tidak pernah menyatakan diri keluar dari IPL karena kami menghormati PSSI. Kami juga tidak bisa keluar dari ISL karena tidak ingin mengkhianati suporter dan masyarakat Sumatera Selatan yang mencintai SFC,” jelas Anggota DPRD Banyuasin itu.
Karena penolakan PSSI tersebut, Sriwijaya akhirnya batal bertanding melawan Persebaya di IPL. Namun hal ini justru digunakan PSSI sebagai fakta yang memberatkan Sriwijaya. Tuduhan menolak bermain di IPL pun dilontarkan.
"Bagaimana kami mau melawan Persebaya, surat permohonan bergabung dalam kompetisi IPL saja belum dijawab. Ternyata PSSI menginginkan tim SFC yang berlaga pada Liga Super yang diturunkan, bukannya tim baru. Jelas ini tidak mungkin," kata dia.
“Selain itu, PSSI berkeinginan manajemen SFC membuat suatu tim dan manajemen yang berbeda, dan tentunya dengan nama yang berbeda. Ini yang tidak mungkin kami lakukan," tegas Hendri.
Hendri mengaku cukup optimistis bakal memenangkan sidang banding ini, asalkan Komdis bersikap profesional dan adil.
“Kami akan berjuang sekuat tenaga agar bisa menang di Komdis nanti. Bahkan, kami sudah menyiapkan pengacara terbaik untuk membela SFC. Kami yakin menang asal semua pihak bisa bersikap profesional. Jika kalah kami akan melakukan upaya hukum lainnya untuk menghapus sanksi tersebut,” pungkasnya.[berita pagi palembang/yob]
